BERITA INDUSTRI

Pertumbuhan Industri Tekstil Bisa Naik 5 Persen


Jumat, 13 Juli 2012

ASOSIASI Pertekstilan Indonesia (API) menargetkan pertumbuhan industri tekstil Indonesia semester II tahun ini mengalami kenaikan 5 persen.

"Pertumbuhan tekstil diprediksi akan mencapai 3 sampai 5 persen," ujar Ketua API Ade Sudrajat di sela-sela penandatanganan kerja sama kegiatan pelatihan berbasis kompetensi di bidang tekstil dan produk tekstil di Jakarta, kemarin.

Menurut Ade, pertumbuhan semester II ini akan jauh lebih baik dibanding semester I. Karena setelah Lebaran, nilai ekspor tekstil akan lebih besar dibanding saat ini.

Saat ini nilai impor tekstil memang masih sangat tinggi karena permintaan konsumen terhadap produk tekstil untuk tahun ajaran baru dan Lebaran juga tinggi.

Ade mengatakan, impor tekstil tidak bisa ditekan dan dilarang. Apalagi pemerintah sudah menandatanganiyree trade agrement (FTA). Namun, pemerintah bisa menerapkan kebijakan anti dumping dan save guard jika impornya sudah mengancam pasar dalam negeri.

Tapi yang paling penting adalah keberpihakan masyarakat terhadap barang-barang dalam negeri.

"Kita haras bisa yakinkan barang-barang buatan dalam negeri kualitasnya lebih baik dibanding impor," tuturnya.

Ade juga menyatakan, alasan tekstil dan produk tekstil impor dijual murah karena merupakan barang sisa. Barang impor itu sisa dari pabrik-pabrik di China yang tutup.

Direktur Industri Tekstil dan Aneka Ditjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Ramon Bangun mengatakan, pada semester I pertumbuhan industri tekstil memang selalu akan mengalami penurunan.

"Bulan-bulan ini sudah ada pertumbuhan. Tapi saya belum tahu berapa naiknya," katanya.

Ramon mengatakan, pertumbuhan sektor industri tekstil itu bisa dilihat dari tingginya permintaan akan produk tekstil saat ini. Tapi, dia belum tau apakah permintaan itu terkait ajaran tahun baru sekolah serta menjelang puasa dan Lebaran.

Dia mengatakan, saat ini permintaan tekstil dan produk tekstil dari luar negeri terus mengalami peningkatan. "Angka permintaan tenaga kerja untuk industri tersebut juga tinggi," imbuhnya.

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri Kemenperin Mujiono mengatakan, kendala utama industri tekstil saat ini adalah kekurangan tenaga kerja.

Menurut dia, lulusan Pusdiklat Kemenperin di bidang tekstil per tahunnya hanya 200 orang. Padahal, kebutuhan tenaga kerja di bidang tekstil 500 orang, sehingga jumlah tenaga kerjanya masih belum mampu menyeimbangi pertumbuhan industri. 

sumber : Rakyat Merdeka

Share:

Twitter