BERITA INDUSTRI

Kemenperin Nilai Industri Plastik dan Karet Hilir Prospektif


Rabu, 4 Oktober 2017

Sumber : Koran Sindo (04/10/2017)

JAKARTA - Industri plastik dan karet hilir memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena tingkat konsumsi terhadap kebutuhan komoditas tersebut cukup tinggi. Misalnya, diserap oleh sektor-sektor manufaktur strategis, seperti industri kemasan untuk makanan dan kosmetika, elektronika, serta automotif yang memanfaatkan sebagai bahan baku dalam proses produksinya.

"Pengembangan industri plastik dan karet di dalam negeri masih prospektif, mengingat industri ini merupakan sektor vital dengan ruang lingkup mulai hulu hingga hilir, yang selalu dibutuhkan oleh industri lain dan memiliki variasi produk yang sangat luas," kata Sekjen Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Haris Munandar mewakili Menteri Perindustrian pada Pembukaan Pameran Produk Industri Plastik dan Karet Hilir di Jakarta kemarin.

Kemenperin mencatat, jumlah industri plastik di Tanah Air saat ini mencapai 925 perusahaan yang memproduksi berbagai macam produk plastik dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 37.327 orang dengan total produksi hingga 4,68 juta ton pertahun.

Sementara itu, permintaan produk plastik nasional sekitar 4,6 juta ton per tahun, meningkat 5% dalam lima tahun terakhir.

"Dalam upaya peningkatan produktivitas industri plastik, kami terus mendorong untuk pemenuhan bahan bakunya. Saat ini bahan baku plastik dalam negeri belum mampu mencukupi dari segi kuantitas mau-pun spesifikasi produk," ungkap Haris.

Adapun, langkah strategis yang telah dilakukan pemerintah guna memacu kinerja industri plastik lokal, antara lain fasilitasi pemberian bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP). Di samping itu, penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI), fasilitasi promosi dan investasi, penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), serta pengaturan tata niaga impor.

"Agar siap menghadapi persaingan pada pasar bebas, seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN, Kemenperin pun mendorong industri plastik nasional mampu bersinergi dan terintegrasi melalui kerja sama dengan stake holders terkait," papar Haris.

Contohsinergiyangperlu dilakukan, di antaranya penguatan penelitian dan pengembangan (research and development/R&D) serta kebijakan yang mendukung peningkatan daya saing agar produk plastik domestik bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan mampu bersaing di pasar internasional.

Sementara itu, Indonesia merupakan salah satu negara utama penghasil karet alam dengan produksi melebihi 5 juta ton per tahun. Produksi karet alam nasional masih dapat ditingkatkan, mengingat potensi lahan yang ada mencapai 3,5 juta hektare (ha).

"Terlebih, industri didukung juga oleh program-program penelitian dan pengembangan yang dilakukan baik oleh pemerintah, institusi pendidikan maupun pihak swasta," ujar Haris.

Menurut dia, karet sebagai salah satu komoditi hasil perkebunan yang memiliki peran cukup strategis dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Apalagi, konsumsi karet alam yang saat ini berkisar 580.000 ton per tahun, juga masih berpeluang terus ditingkatkan.

Untuk itu, upaya yang perlu dilakukan, antara lain dengan intensifikasi maupun ekstensifikasi ekspor barang karet serta mendptakan cabang-cabang industri baru seperti industri ban pesawat dan vulkanisasi pesawat terbang yang dapat menyerap karet alam cukup banyak dan menghasilkan devisa nasional.

"Pemerintah memandang bahwa langkah-langkah untuk peningkatan konsumsi karet alam dalam negeri perlu segera dilakukan dalam rangka meningkatkan nilai tambah potensi sumber daya alam nasional," tutur Haris.

Misalnya, kebijakan pembangunan tol laut, di mana pemerintah akan membangun 24 pelabuhan, antara lain deep sea port (pelabuhan laut dalam) di Kuala Tanjung, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar, dan Sorong.

oktiani endarwati

Share:

Twitter