BERITA INDUSTRI

Avanza Mulai Diekspor, Xenia Fokus Pasar Lokal


Selasa, 18 Mei 2004

[Jakarta-PSB/18 Mei 2004]. Sukses di pasar domestik, Toyota Avanza mulai diekspor ke pasar internasional. Untuk tahap awal, Avanza di ekspor ke Thailand dengan volume 700 unit per bulan. Ekspor mobil hasil kolaborasi Toyota dan Daihatsu itu dilakukan untuk memanfaatkan integrasi di pasar ASEAN khususnya di sektor otomotif.

’’Untuk tahap awal, ekspor Avanza ke Thailand. Ke depan, kita berencana memperluas tujuan ekspor Avanza ke negara lainnya di kawasan ASEAN,’’ jelas Managing Officer Toyota Motor Corp Akira Okabe di Jakarta kemarin. Toyota sendiri, kata dia, akan fokus mengembangkan mobil jenis multi purpose vehicle (MPV), dan menjadikan Indonesia sebagai home base produksi MPV di ASEAN.

Okabe menyatakan, Toyota akan memperbesar produksi MPV di Indonesia tahun ini. ‘’Target kita 70 ribu unit per tahun, 10 ribu unit di antaranya di ekspor ke negara lain,’’ jelasnya. Toyota juga akan memperluas pabrik di Indonesia, menyusul rencana raksasa otomotif asal Jepang itu untuk meningkatkan kapasitas produksi di Indonesia menjadi 180 ribu unit per tahun. Perluasan pabrik tersebut merupakan komitmen Toyota terhadap pemulihan ekonomi di Indonesia dan penciptaan tenaga kerja.

Sementara itu, Presdir PT Toyota Astra Motor (TAM) Jhonny Dharmawan Danusasmita mengungkapkan, kegiatan ekspor Avanza sudah menjadi keputusan manajemen Toyota sejak kali pertama mobil murah itu dirilis di pasar domestik awal Januari 2004. ‘’Ekspor itu sudah direncanakan jauh hari sebelumnya. Jadi, tidak berarti kami mengabaikan pemesan lokal di daftar inden,’’ kata Jhonny.

Jika Avanza diekspor, "adiknya" Daihatsu Xenia, juga produk Astra, tetap untuk pasar lokal. ‘’Sebab, memenuhi pasar dalam negeri saja kami kewalahan,’’ kata Advertising & Sales Promotions Departemen Head PT Astra Daihatsu Motor, Dedi Irwan Kusuma berkaitan ekspor Avanza kemarin.

Pesanan pembelian mencapai 23.000 unit, yang sudah dilayani 5.600 unit. ‘’Kami masih belum bisa memenuhi 17.400 unit pesanan,’’ katanya. Padahal, produksi sudah ditingkatkan dua kali lipat dari semula 3.000 unit per bulan menjadi 6.000 unit per bulan. Sementara, pemesanan tidak berhenti atau dihentikan. Jadi, makin lama semakin banyak pesanan yang belum terpenuhi. [jp/dz]

Share:

Twitter